
Seperti yang
diutarakan pada bagian pertama tulisan ini, Penilaian dapat dilakukan sebelum proses pembelajaran dilangsungkan sebagai
bentuk diagnosis atas potensi peserta didik. Untuk mengetahui perkembangan
pembelajaran, dilakukan penilaian pembelajaran ketika proses berlangsung, dan
pada akhir pembelajaran sebagai gambaran dari hasil keseluruhan proses yang
dijalankan.
Penilaian pembelajaran penjasorkes
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian
pembelajaran dilakukan oleh guru secara berkesinambungan dan mencakup seluruh
aspek pada diri peserta didik, baik aspek sikap, pengetahuan maupun
keterampilan, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran penjasorkes. Tujuan penilaian terhadap
kinerja (proses dan
hasil) peserta didik dapat dijelaskan
sebagai berikut;
a. Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan: hasil tes dijadikan alat untuk
mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
Tes ini didasarkan pada ketrampilan dasar yang mencakup ketrampilan dasar
lari, lempar, tangkap, menendang dan kemampuan lainnya. Pelaksanaan dilakukan
pada awal tahun dengan maksud untuk mengetahui tingkat pencapaian terendah dan
tertinggi. Data tersebut dijadikan bahan untuk pengelompokan dalam kegiatan
belajar mengajar. Pada tes berikutnya hanya memfokuskan pada keterampilan yang
lemah/rendah;
b. Bimbingan: penilaian sebagai bimbingan hendaknya
tidak membandingkan kemampuan antara satu siswa dengan siswa lainnya, namun
lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan individual masing-masing siswa:
c. Motivasi: penilaian merupakan suatu bentuk
penghargaan (reward) atas
keberhasilan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sedangkan
atas kekurang berhasilan, hasil penilaian dapat dijadikan sebagai motivasi baginya
untuk belajar lebih giat;
d. Laporan kemajuan peserta didik: Laporan hasil penilaian perlu
disampaikan kepada siswa. Hasil tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan
evaluasi diri dan dengan sendirinya siswa secara tegas mengetahui apa yang
telah diperolehnya selama mengikuti program pembelajaran penjas;
e. Laporan kemajuan
kepada orangtua; Orang tua berhak
mengetahui perkembangan siswa. Perkembangan berkenaan dengan status siswa dalam
pembelajaran ketrampilan gerak dasar, tingkat kebugaran siswa secara umum dan
tentang sikap sosial sebagai akibat dari program penjas.
A.
Bentuk Penilaian Sikap, Pengetahuan,
dan Keterampilan
Pada penjelasan yang dituliskan
sebelumnya, di dalam program penjasorkes pembelajaran juga diarahkan untuk
mencapai tiga kategori atau domain kompetensi, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Bloom dan kawan-kawan seperti yang dikutip oleh Marilyn M. Buck (2007: 91)
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif meliputi pembelajaran
terhadap pengetahuan dan penerapannya, domain afektif meliputi akuisisi
terhadap sikap perilaku, apresiasi dan penghargaan terhadap sikap perilaku
tersebut. Terakhir adalah domain psikomotor yaitu pengembangan jasmani dan
keterampilan neuromuskular.
Merujuk dari National Association for Sport and Physical
Education (NASPE) dalam Marilyn M. Buck (2007: 19) menguraikan lima area pernyataan keluaran (outcome statements) yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam upaya mencetak anak yang terdidik secara pendidikan jasmani
sekaligus sebagai makna pembelajaran penjasorkes, yaitu keterampilan fisik,
kebugaran jasmani, berpartisipasi secara reguler dalam aktivitas fisik,
pengetahuan, serta sikap dan perilaku terkait dengan aktivitas yang dilakukan.
Masing-masing dari statement tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Keterampilan fisik, merupakan proses
pengembangan dan penghalusan esensi keterampilan neuromuskular yang digunakan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (mekanika tubuh dan postur), termasuk di
dalamnya efisiensi dari berbagai gerak keterampilan, penghematan energi pada
kinerja berbagai keterampilan, dan aktivitas yang lebih bisa dinikmati.
2. Kebugaran jasmani, kebugaran jasmani
dan kesehatan berkontribusi pada kehidupan yang efektif dan sejahtera. Terkait
dengan kebugaran jasmani ini, peserta didik dituntut dapat mencapai taraf
kebugaran yang diinginkan dan mengetahui secara pasti bahwa kebugaran jasmani
merupakan kebutuhan bagi dirinya sepanjang hayat.
3. Partisipasi dalam aktivitas fisik secara
reguler, keikutsertaan peserta didik dalam aktivitas fisik secara
reguler dapat mempertajam dan meningkatkan level kebugaran dan kesehatan, serta
keterampilan fisik. Program penjasorkes yang baik menyediakan pengalaman
bermakna dan kegemaran, serta motivasi beraktivitas fisik. Semakin baik dan
bermakna program penjasorkes yang disediakan oleh sekolah, semakin meningkatkan
peran serta peserta didik melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, yang
pada akhirnya memberi sumbangsih dalam menciptakan masyarakat aktif yang sehat
dan bugar.
4. Pengetahuan, program penjasorkes
yang diselenggarakan di sekolah seharusnya menjamin peserta didik memiliki
pengetahuan dan memahami pentingnya aktivitas fisik dan keterkaitannya dengan
kesehatan seseorang serta nilai-nilai esensial yang ada di dalamnya.
Pengetahuan yang diperlukan juga meliputi prinsip-prinsip ilmiah aktivitas
fisik, latihan, dan kesehatan. Contoh dari pengetahuan lain yang diharapkan
dari diselenggarakannya program penjasorkes adalah kemampuan merancang dan
menerapkan program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan, mengevaluasi
kebugaran, serta keselamatan dalam melakukan aktivitas fisik. Penguasaan
pengetahuan terhadap aturan permainan, strategi, dan teknik juga diperlukan
dalam pembiasaan kemampuan peserta didik dalam menghadapi berbagai permasalahan
pada situasi tekanan emosional yang tinggi. Selain itu peserta didik juga perlu
menguasai pengetahuan tentang proses akuisisi gerak, prinsip dasar gerak (pusat
keseimbangan, pengerahan tenaga, dan berbagai hal lain yang diperlukan dalam
aktivitas fisik).
5. Sikap-perilaku, perilaku positif
harus dijadikan target (output) dari program penjasorkes di sekolah. Peserta
didik melalui penjasorkes tidak diharapkan hanya bisa melihat apa yang
seharusnya dikerjakan, tetapi harus secara sukarela dan langsung mempraktikkan perilaku
positif dalam setiap aktivitas. Nilai-nilai sosial yang dapat dikembangkan
adalah kerja sama, komitmen, kepemimpinan, ketaatan, jiwa sportif, serta
kerelaan berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Aktivitas fisik dalam penjasorkes juga menyediakan
saluran yang sesuai untuk merilis tekanan emosional, meningkatkan rasa
kebanggaan diri, mengembangkan inisiatif, arah diri, dan kreativitas. Tujuan
afektif pada penjasorkes selain mengembangkan sikap ketaataturan sosial,
apresiasi terhadap aktivitas fisik serta keuntungan yang dapat diperoleh, juga
diarahkan pada pengembangan kualitas moral seperti hormat terhadap hak orang
lain, rasa empati dan belas kasihan, serta ketaatan terhadap hukum sebagai
bagian dari warga negara yang baik. Sikap lain yang juga perlu dikembangkan
adalah kualitas estetika, kegembiraan, dan keluwesan dalam melakukan aktivitas.
Konskuensi dari penjelasan ini adalah,
dikarenakan keluaran yang diharapkan terdiri dari lima area maka idealnya
penilaian diarahkan untuk mengukur ketercapaian lima area tersebut. Dan, oleh
karenanya diperlukan jenis penilaian yang sesuai. Penilaian otentik merupakan
jenis penilaian yang dapat dijadikan sebagai pilihan. Terkait
dengan penilaian otentik (authentic
assessmen) dan penilaian berbasis kinerja (performance based assessment) dalam pendidikan jasmani, olahraga,
dan kesehatan, Marilyn M. Buck, dkk., menjelaskan beberapa contoh unsur yang
dinilai, yaitu:
1. Kemampuan menggunakan keterampilan
dalam situasi permainan yang sesungguhnya;
2. Kemampuan dalam menyusun program
latihan, melakukan latihan, dan mengukur hasil latihan program kebugaran
jasmani;
3. Menerapkan prinsip-prinsip belajar
gerak dalam upaya menguasai keterampilan yang baru dipelajari.
Selain
menjelaskan unsur-unsur yang dinilai, Marilyn M. Buck, dkk. juga menyebutkan
karakteristik khusus dalam penilaian
berbasis kinerja pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, meliputi:
1. Peserta didik menampilkan,
mengkreasikan, atau melakukan sesuatu. Mereka dituntut untuk menggunakan “higher level thinking” untuk diterapkan
pada berbagai konteks kehidupan nyata dan berarti. Keterampilan yang dikuasai dapat
ditransfer ke dalam kehidupan sosial secara nyata dan pekerjaan yang
sesungguhnya.
2. Peserta didik benar-benar mengetahui
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi performanya.
3. Peserta didik dapat mengambil
pelajaran untuk dapat merefleksi atau mengevaluasi kinerjanya sendiri, sehingga
guru hanya berperan melayani sebagai pelatih maupun fasilitator.
4. Peserta didik memiliki espektasi atau
pengharapan agar kemampuannya dapat dilihat orang lain.
5. Asesmen memuat pengujian terhadap
proses maupun hasil belajar.
Proses
penilaian pembelajaran penjasorkes diawali dari dan keberhasilannya ditentukan
oleh kemampuan guru dalam menganalisis kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta didik. Kompetensi-kompetensi tersebut berusaha dilukiskan dalam bentuk
indikator keberhasilan pembelajaran yang mengungkap tanda-tanda, ciri, atau
karakter peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang ditetapkan. Jika
tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan tersebut,
maka ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari seberapa banyak dan
seberapa baik indikator keberhasilan pembelajaran dapat dipenuhi.
Terkait
dengan manfaat diselenggarakannya program penjasorkes di sekolah agar peserta
didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sepanjang hayatnya (lifelong daily utilization), mampu
bersaing (lifelong competitive
utilization), dan pengisian waktu luang (lifelong recreational utilization) maka penilaian seharusnya juga
diarahkan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada situasi kehidupan
nyata. Ketika hal ini dilakukan maka esensi penilaian otentik akan benar-benar
terlihat. Contoh yang lebih konkret dari pernyataan ini adalah jika seorang
peserta didik mempelajari gerak dasar mengumpan maka yang akan diukur adalah
seberapa baik keterampilan dasar tersebut digunakan dalam permainan.
Walaupun untuk mengetahui perkembangan hasil belajarnya seorang guru dapat
menerapkan penilaian otentik dengan terlebih dahulu merancangnya dengan
berbagai tahap berikut ini:
a. Memilih kompetensi dasar, pembanding
sebagai patokan (benchmark) yang
terstandar atau dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada,
seta tujuan pembelajaran.
b. Menginventarisir berbagai teknik
penilaian untuk setiap domain pembelajaran.
c. Menjawab pertanyaan “Apa tugas yang
dapat saya berikan kepada peserta didik untuk menunjukkan penguasaan konsep,
keterampilan, dan sikap yang mereka miliki?”
d. Melengkapi tugas yang diberikan dengan
petunjuk yang memuat jenis tugas (pribadi/berpasanagn/kelompok), waktu
penyelesain tugas, fasilitas yang diperlukan, alternatif tugas bagi peserta
didik yang sangat berbakat, instrumen uji formatif untuk memberikan feedback, dan cara merefleksikan diri
dengan bantuan guru maupun pasangan.
e. Menyiapkan informasi “model” yang
dapat dijadikan sebagai contoh bagi peserta didik atas capain kompetensi yang
diinginkan.
f. Memahami cara mengevaluasi dan
melakukan konversi data ke dalam derajat kemampuan peserta didik.
g. Memilih strategi pembelajaran yang
mungkin akan digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar
peserta didik dapat memenuhi tugas yang diberikan. Strategi tersebut meliputi
pra asesmen terhadap bekal awal (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang
diperlukan, berbagai kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
serta alternatif yang sesuai dengan gaya belajar dan kapabilitas peserta didik,
dan cara untuk membantu peserta didik mengembangkan sikap positif mengenai
pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan.
h. Merencanakan cara kerja peserta didik
dan atau pasangannya menilai kinerjanya.
Penyusunan instrument penilaian
didahului dengan mengembangkan Indikator
sebagai sasaran evaluasi yang dituliskan secara operasional dengan kata-kata
kerja mendefinisikan, membuat daftar, menjelaskan, menjabarkan, dan sebagainya
untuk pengetahuan, menyusun,
memadukan, menyesuaikan, memodifikasi, membangun, dan lain-lain untuk keterampilan, serta menghargai,
menerima, menjunjung tinggi, berkomitmen, dan sebagainya untuk aspek sikap. Mengukur sikap merupakan bagian
yang sulit karena pengukurannya mencakup identifikasi tampilan luar
(perbuatan/tindakan), dan proses internal (perilaku pikir). Rumusan sasaran
evaluasi dituliskan dengan jelas hanya ditafsirkan satu arti (tidak ambigu)
baik oleh peserta didik, maupun penilai.
Penyusunan instrument penilian paling
tidak harus memenuhi syarat secara isi (substansi) yang menggambarkan
kompetensi yang akan dinilai, cara dan tahap penysunan (konstruksi)sesuai
dengan cara dan tahap yang benar, serta menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah
dan tahap perkembangan peserta didik.
1. Instrumen Penilaian Sikap
Instrumen
penilaian sikap disusun untuk dapat digunakan secara mandiri oleh peserta
didik, teman sebaya, orangtua, maupun guru. Pada prinsipnya secara garis besar
penilaian sikap diarahkan untuk mengungkap tanggung jawab peserta didik
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain (personal and social responsibility). Pada konteks kurikulum 2013
diarahkan untuk menilai kompetensi inti I (sikap spiritual) dan kompetensi inti
II (sikap social). Berikut adalah contoh pengembangan instrument penilaian
sikap.
a. Menyusun kisi-kisi penilaian sikap,
misalnya sikap disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab dalam konteks permainan
bola besar. Kisi-kisi ini sekaligus dapat dijadikan sebagai instrument
penilaian.
Aspek yang Diukur
|
Deskripsi Sikap yang Diukur
|
BT
|
MT
|
TN
|
1. Disiplin
|
Hadir tepat waktu
|
|||
Mengikuti seluruh proses pembelajaran
|
||||
Selesai tepat waktu
|
||||
2. Kerja sama
|
Bersama-sama menyiapkan peralatan
|
|||
Mau memberi umpan ketika bermain
|
||||
Mau menjadi penjaga bola
|
||||
3. Tanggung jawab
|
Mau mengakui kesalahan yang dilakukan
|
|||
Tidak mencari cari kesalahan teman
|
||||
Mengerjakan tugas yang diterima
|
Keterangan:
a. BT :
Belum Tampak
b. MT :
Mulai Tampak
c. TN :
Tampak Nyata
b. Menggunakan instrumen penilaian
Guru, peserta
didik yang bersangkutan (self assessment),
rekan sebaya (peer assessment)
memberi tanda contreng (V) pada kolom BT (belum tampak), MT (mulai tampak), TN
(tampak nyata) sesuai dengan kondisi obyek pengamatan untuk guru dan pasangan
atau yang dirasakan sendiri oleh peserta didik.
c. Memaknai hasil
Dari kisi dan
instrument tersebut, guru dapat memberikan simpulan akhir bahwa “secara umum
ketiga sikap peserta didik terlihat “jelaskan kondisi sesuai hasil pengamatan”
namun demikian pada aspek “disiplin/ kerja sama/ tanggung jawab”
perlu ditingkatkan.
2. Instrumen Penilaian Pengetahuan
Pengetahuan
yang akan dinilai pada pembelajaran penjasorkes berdasarkan pendapat Baufard
dan Wall dalam Allen W Burton (1998: 149) meliputi pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) berupa
pengetahuan yang bersifat fakta tentang peraturan, hukum, prinsip-prinsip
latihan dan lainnya. Pengetahuan ini dapat diukur melalui paper and pencils test, dan interviu. Sedangkan pengetahuan lain
adalah pengetahuan procedural yang berkenaan dengan bagaimana keterampilan
dilakukan (how do thing), tahapan
serta langkah-langkahnya. Pengetahuan ini menurut Thomas & Thomas dapat
diukur dengan melalui tes lisan dan tulis, serta penampilan fisik secara aktual
(actual physical performance).
Berikut adalah contoh pengembangan
instrument penilaian pengetahuan:
a.
Menyusun
kisi-kisi instrument penilaian
pengetahuan
No
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Esensial
|
Uraian Gerak
|
Pen-skoran
|
||
1.
|
Mempraktikkan
keterampilan dasar permainan bola besar dengan kontrol yang baik (contoh passing bawah bolavoli)
|
a. Posisi dan
sikap awal
|
1. Kedua kaki
dibuka selebar satu setengah bahu
2. Badan agak
condong ke depan, berat badan antara kedua kaki
3. Kedua lengan
dan tangan relaks di samping badan
4. Pandangan mata
ke arah datangnya bola
|
Skor 4, jika
seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika
tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika
hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika
hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
|
||
b. Pelaksanaan
gerakan
|
1. Kedua atau
salah satu kaki dilangkahkan untuk menyesuaikan dengan letak bola
2. Badan agak
condong ke depan, berusaha meletakkan bola di tengah badan
3. Kedua lengan
disatukan di depan pinggang dan diayun ke depan atas hingga setinggi dada
4. Pandangan mata
ke arah lepasnya bola
|
Skor 4, jika
seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika
tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika
hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika
hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
|
||||
c. Posisi dan
sikap akhir
|
1. Kedua kaki
dikembalikan terbuka selebar satu setengah bahu
2. Badan kembali
agak condong ke depan, dan berat badan antara kedua kaki
3. Kedua lengan
dan tangan kembali relaks di samping badan
4. Pandangan mata
ke arah lepasnya bola
|
Skor 4, jika
seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika
tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya
dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika
hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
|
||||
2.
|
………………
|
………………
|
……………..
|
……..
|
……..
|
…………………….
|
Dari
kisi-kisi tersebut dapat disusun contoh instrument penilaian dalam bentuk soal
uji tulis, sebagai berikut:
1.
Ada
berapakah teknik dasar yang dapat kalian kombinasikan dalam permainan bola
besar (contoh sepakbola)? Sebutkan jenis-jenis teknik dasar tersebut!
2.
Sebut
dan jelaskan berbagai kegunaan variasi dan kombinasi teknik dasar dalam
melakukan permainan bola besar (contoh sepakbola)!
3.
Jelaskan
cara melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan bola
besar (contoh; sepakbola)!
c.
Berdasarkan
hasil dari uji tulis yang telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P)
dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 soal X 11 = 33) dikalikan
dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus :
P/ Max X 100
Contoh : 8/ 11 X 100
Nilai Peserta Didik : 72,72
3. Instrumen Penilaian Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak yang dikenal dalam
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi gerak awal pada usia dini
(early movement milestone),
keterampilan gerak dasar (fundamental
movement skill), dan keterampilan gerak khusus (specialized movement skill). Namun, berdasarkan Davis dan Burton
terbagi ke dalam keterampilan memindahkan posisi tubuh (locomotion), keterampilan menggerakkan obyek atau berbagai benda (locomotion on object), keterampilan
dalam menggunakan berbagai anggota tubuh di tempat (propulsion), keterampilan menerima benda lain (reception), dan kemampuan merubah posisi anggota tubuh dan tubuh
terhadap benda lain (orientation).
Selain itu juga dijelaskan perpaduan berbagai keterampilan tersebut berupa
permainan.
Penyusunan instrument penilaian
keterampilan gerak semestinya didasarkan pada jenis (category) gerak berdasarkan pengaruh lingkungan (terbuka (open loop skill), tertutup (close loop skill)), berdasarkan akhirnya
gerakan (tunggal/ terpenggal (descret),
berkelanjutan (serial), dan berulang
(continuum). Selain itu keterampilan
juga dapat didasarkan pada otot yang digunakan gerak dengan otot halus (fine motor skill) dan gerak dengan
menggunakan otot besar/ kasar (gross
motor skill).
Di dalam penilaian keterampilan gerak
perlu pula diperhatikan unsur yang dinilai, yaitu proses gerak (movement process) bukan “penilaian
proses” yaitu bagaimana suatu gerakan dilakukan atau sering disebut teknik
gerak, dan hasil gerakan (movement
product) atau keluaran gerak (output
movement). Hasil gerak ini dapat dikukur seberapa jauh dan tinggi peserta
didik melompat, seberapa cepat didik peserta dapat berlari dalam jarak 50
meter, berapa kali peserta didik dapat melakukan passing bawah bolavoli dalam kurun waktu satu menit, dan seterusnya.
Semua jenis penilaian dapat dilakukan, namun demikian sangat tergantung dengan
kompetensi yang harus diperoleh oleh peserta didik. Selain itu, mengacu pada
penilaian otentik berbasis kinerja, berbagai penilaian terhadap keterampilan
tersebut dapat lebih bermakna ketika dilakukan dalam suasana permainan yang
sesungguhnya.
Berikut adalah contoh pengembangan
instrument penilaian keterampilan gerak jenis (category) keterampilan tunggal/ terpenggal (descret):
a.
Menyusun
kisi-kisi instrument penilaian keterampilan
gerak
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Esensial
|
Uraian Gerak
|
Pen-skoran
|
||
1.
|
Mempraktikkan
keterampilan dasar permainan bola besar dengan kontrol yang baik (contoh passing bawah bolavoli)
|
a. Posisi dan sikap awal
|
1. Kedua kaki dibuka selebar satu setengah
bahu
2. Badan agak condong ke depan, berat
badan antara kedua kaki
3. Kedua lengan dan tangan relaks di
samping badan
4. Pandangan mata ke arah datangnya
bola
|
Skor 4, jika seluruh uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak
dilakukan dengan benar
|
||
b. Pelaksanaan gerakan
|
1. Kedua atau salah satu kaki
dilangkahkan untuk menyesuaikan dengan letak bola
2. Badan agak condong ke depan,
berusaha meletakkan bola di tengah
badan
3. Kedua lengan disatukan di depan
pinggang dan diayun ke depan atas hingga setinggi dada
4. Pandangan mata ke arah lepasnya bola
|
Skor 4, jika seluruh uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak
dilakukan dengan benar
|
||||
c. Posisi dan sikap akhir
|
1. Kedua kaki dikembalikan terbuka
selebar satu setengah bahu
2. Badan kembali agak condong ke depan,
dan berat badan antara kedua kaki
3. Kedua lengan dan tangan kembali
relaks di samping badan
4. Pandangan mata ke arah lepasnya bola
|
Skor 4, jika seluruh uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan
dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak
dilakukan dengan benar
|
||||
2.
|
………………
|
………………
|
……………..
|
……..
|
……..
|
…………………….
|
b.
Dari
kisi-kisi tersebut dapat disusun contoh instrument penilaian dalam bentuk
lembar pengamatan, sebagai berikut:
No
|
Indikator
Esensial
|
Uraian
Gerak
|
Ya
(1)
|
Tidak
(0)
|
1.
|
Posisi dan Sikap Awal
|
a. Kaki
|
||
b. Badan
|
||||
c. Lengan dan tangan
|
||||
d. Pandangan mata
|
||||
2.
|
Pelaksanaan Gerak
|
a. Kaki
|
||
b. Badan
|
||||
c. Lengan dan tangan
|
||||
d. Pandangan mata
|
||||
3.
|
Posisi dan Sikap Akhir
|
a. Kaki
|
||
b. Badan
|
||||
c. Lengan dan tangan
|
||||
d. Pandangan mata
|
Atau dapat disederahanakan menjadi:
No
|
Nama Peserta Didik
|
Posisi/ Sikap Awal
|
Pelaksanaan Gerak
|
Posisi/ Sikap Akhir
|
Jumlah Skor
|
|||||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
1.
|
Budi Santosa
|
|||||||||||||
2.
|
Roji
|
|||||||||||||
3.
|
Suherman
|
|||||||||||||
…….
|
……………………………
|
….
|
….
|
….
|
….
|
…
|
…
|
…
|
…
|
….
|
….
|
….
|
….
|
….
|
c.
Berdasarkan
hasil dari uji tulis yang telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P)
dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 Indikator Esensial X 4 =
12) dikalikan dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus :
P/ Max X 100
Contoh : 9/ 12 X 100
Nilai Peserta Didik : 75
B.
Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran
Berdasarkan Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 laporan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan
dan pemerintah. Laporan oleh pendidik berbentuk nilai dan deskripsi pencapaian
kompetensi untuk hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk
penilaian sikap dilaporkan dalam bentuk deskripsi sikap. Laporan di disampaikan
kepada kepala sekolah, serta pihak lain yang terkait. Laporan penilaian sikap
spiritual dan social disampaikan secara periodic oleh wali kelas/ guru kelas
sebagai akumulasi dari laporan dari seluruh guru mata pelajaran dalam bentuk
deskripsi kompetensi.
Satuan pendidikan melaporkan hasil
pembelajaran/ pencapaian kompetensi kepada orangtua/ wali peserta didik dalam
bentuk buku rapor. Selain itu laporan
juga disampaikan kepada dinas pendidikan dan instansi lain yang terkait.
Pelaporan hasil penilaian dijadikan
pertimbangan dalam melakukan tindak lanjut, sebagai titik awal perbaikan
program pembelajaran, peningkatan kinerja peserta didik, remedial dan
pengayaan.
Demikian sekelumit penilaian dalam mata pelajaran
Penjasorkes, namun demikian apa yang menjadi strategi penilaian tetap
menperhatikan kebutuhan dan situasi dan kondisi, sarana prasarana yang dimiliki
oleh satuan pendidikan. Apa yang disampaikan adalah kondisi ideal dalam setiap
penilaian yang dilakukan setiap guru semoga tetap bermanfaat bagi para guru. Semoga
tetap semangat Dalam melaksanakan tugasnya menjadi berkah dalam hidupnya, dan
melahirkan generasi yang cerdas, sehat dan kuat untuk bangsa, negara dan agama…aamiin
إرسال تعليق
isi disini