Engrang adalah permanian tradisional Indonesia banyak dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda pula. sebagian di sumatera Barat dengan nama Tengkak(Pincang), di bengkulu dengan nama Ingkau, Engrang dalam bahasa lampung, di Jawa Tengah dengan nama jangkungan, sedangkan di Sulawesi Selatan dalam bahasa bugis dikenal dengan nama Ma'jeka.
Penamaan engrang berdasarkan pada buku yang diterbitkan Bagian Proyek Olahraga Masyarakat Direktorat Olahraga Masyarakat Ditjen. Olahraga Depdiknas tahun 2002. merupakan .ktivitas permainan anak-anak sering dilakukan diwaktu senggang atau luang mereka dalam rangka aktivitas fisik, dan menumbuhkan kegembiraan, serta meningkatkan kemampuan fisik, seperti daya tahan, kelincahan dan keseimbangan. Aktivitas ini dilakukan hampir seluruh daerah di wilayah nusantara, termasuk Kabupaten Barru. Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang terletak di pulau Sulawesi, tepatnya Provinsi Sulawesi selatan. Sebagai kabupaten terdiri dari pegunungan, daratan dan pesisir. Tentu juga beragam aktivitas masyarakatnya. Begitupun anak-anaknya, berbagai cara bermain dalam kesehariannya, termasuk dalam permainan Majjeka.
Penamaan engrang berdasarkan pada buku yang diterbitkan Bagian Proyek Olahraga Masyarakat Direktorat Olahraga Masyarakat Ditjen. Olahraga Depdiknas tahun 2002. merupakan .ktivitas permainan anak-anak sering dilakukan diwaktu senggang atau luang mereka dalam rangka aktivitas fisik, dan menumbuhkan kegembiraan, serta meningkatkan kemampuan fisik, seperti daya tahan, kelincahan dan keseimbangan. Aktivitas ini dilakukan hampir seluruh daerah di wilayah nusantara, termasuk Kabupaten Barru. Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang terletak di pulau Sulawesi, tepatnya Provinsi Sulawesi selatan. Sebagai kabupaten terdiri dari pegunungan, daratan dan pesisir. Tentu juga beragam aktivitas masyarakatnya. Begitupun anak-anaknya, berbagai cara bermain dalam kesehariannya, termasuk dalam permainan Majjeka.
Majjeka dalam bahasa Bugis
terbagi dua Ma’ dan Jeka. Ma’ artinya melakukan sesuatu dan Jeka sebuah alat
dari bahan bambu dan kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa digunakan
untuk di pakai berjalan. Fungsinya jeka
sama dengan alas kaki (sepatu,sandal), hanya membedakannya adalah ketinggian
pijakan kaki ke jeka jauh lebih tinggi dibandingkan dengan memakai
sepatu/sandal.
Oleh karena itu di butuhkan
kekuatan pijakan kaki yang kuat dan tepat tepat, keseimbangan yang baik serta
kelincahan gerak tubuh untuk berjalan memakai jeka. Sangat menarik permainan
ini, hanya di jaman sekarang ini sudah jarang di mainkan atau dilakukan karena
semakin banyak permainan anak-anak yang berasal dari luar, di tambah pula minat
untuk melakukan permainan semakin berkurang. Ini dapat dilihat sepanjang tahun, sudah tidak ada aktivitas bermain melalui
Jeka ini.
Melihat kecenderungan akan
semakin menghilangkan permaianan dan olahraga tradisional sebagai asset bangsa,
maka perlu ada upaya semua pihak menumbuhkan kembali, permainan ini dalam rangka melestarikan budaya bangsa. Melalui
permainan ini pula anak-anak dapat berolahraga sebagai aktivitas tubuh
merangsang pertumbuhan fisiknya dan perkembangan jiwanya. Sekaligus melatih
kelincahan gerak, dan keseimbangan tubuh anak.
Permainan ini pula dapat di
lombakan sebagai sarana melatih mental anak untuk mendidik jiwa sportivitas,
persaingan yang sehat. Seperti beberapa tahun lalu dalam Festival budaya To
Berru ke 1 dan Festival budaya To Berru ke 2 telah
berlangsung meriah, atraktif, dan penuh kegembiraan. Pada umumnya
peserta adalah kalangan anak-anak usia 14-16 tahun dan orang dewasa.
Menarik untuk disimak bahwa
keberadaan Jeka ini sebaagai olahraga tradisional dan permainan rakyat betul
sudah menjadi ancaman punah dari bumi ini. Dilihat peserta yang ikut itu adalah
undangan kesekolah-kesekolah (SD, SMP, SLTA), dan Instansi Pemerintah dan
swasta, se kabupaten Barru. Peserta dari sekolah termasuk kurang, hanya
sekolah-sekolah tertentu yang ada utusannya. Dan yang menarik lagi peserta
kelompok orang dewasa lebih banyak dari pada anak-anak. Hal ini menjadi
pertanyaan bagi panitia pelaksana pada saat itu adalah kenapa orang tua banyak
yang hadir sebagai peserta?. Ternyata para
orang tua yang hadir sebagian dengan alasan bernoslgia di masa anak-anak
mereka. Mereka merindukan permainan ini untuk anak mereka untuk dimainkan
sebagai permaianan yang banyak manfaatnya.
Peraturan Peramian
peraturan permaianan yang sudah diatur dalam Buku"Kumpulan Permainan Olahraga Tradisional" Oleh Direktorat Olahraga Masyarakat Depdiknas tahun 2002, menyebutkan unsur-unsur yang diatur dalam permainan engrang, sebagai berikut:
a. lapangan
b. Peralatan
c. Pemain
d. pemenang
e. jalannya permainan
f. wasit, Juri, dan Pencatat waktu (timer)
Berdasarkan pengalamn penulis pernah melakukan uji coba pelaksanaan Permainan Engrang, pada Festival Budaya To Berru 1 dan ke 2, permainan cukup menarik, dan menantang peserta untuk melakukan permainan ini. meskipun dalam perturan tersebut masih perlu diadakan perbaikan aturan untuk lebih baik lagi.
olehnya itu untuk pengembangan dan pembinaan olahraga ini, penulis memandang perlunya adanya pemassalan melalui sekolah-sekolah sebagai basis utama pembinaan generasi muda, perlunya perhatian khusus dari instasni terkait seperti Dikpora atau Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Barru sebagai instansi pembina utama.Sangat di sayangkan jika itu luput perhatian, karena ada olahraga yg d bina dengan penggaran cukup besar, hanya dasar prestisius semata. Kemudian perlunya ada organisasi khusus mengurus olahraga tradisional seperti ini. Di Sulawesi Selatan sudah ada organisasi khusus mengurusi olahraga rekreasi masyarakat dengan nama FORMI (Federasai Olahraga rekreasi Masyarakat Indonesia. salah satu bagian yang di urus adalah olahraga tradisional. Dan Kabupaten Barru belum berdiri di karena kan perhatian terhadap olahraga tradisional masih sangat kurang.
Dari kenyataan tersebut tidak menutup kemungkinan generasi sekarang dan yang akan datang tidak akan melihat lagi permainan ini. Boleh jadi hanya menjadi sisa kenangan berupa foto-foto, selebihnya tidak ada lagi untuk dimainkan oleh generasi berikutnya.
Peraturan Peramian
peraturan permaianan yang sudah diatur dalam Buku"Kumpulan Permainan Olahraga Tradisional" Oleh Direktorat Olahraga Masyarakat Depdiknas tahun 2002, menyebutkan unsur-unsur yang diatur dalam permainan engrang, sebagai berikut:
a. lapangan
b. Peralatan
c. Pemain
d. pemenang
e. jalannya permainan
f. wasit, Juri, dan Pencatat waktu (timer)
Berdasarkan pengalamn penulis pernah melakukan uji coba pelaksanaan Permainan Engrang, pada Festival Budaya To Berru 1 dan ke 2, permainan cukup menarik, dan menantang peserta untuk melakukan permainan ini. meskipun dalam perturan tersebut masih perlu diadakan perbaikan aturan untuk lebih baik lagi.
olehnya itu untuk pengembangan dan pembinaan olahraga ini, penulis memandang perlunya adanya pemassalan melalui sekolah-sekolah sebagai basis utama pembinaan generasi muda, perlunya perhatian khusus dari instasni terkait seperti Dikpora atau Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Barru sebagai instansi pembina utama.Sangat di sayangkan jika itu luput perhatian, karena ada olahraga yg d bina dengan penggaran cukup besar, hanya dasar prestisius semata. Kemudian perlunya ada organisasi khusus mengurus olahraga tradisional seperti ini. Di Sulawesi Selatan sudah ada organisasi khusus mengurusi olahraga rekreasi masyarakat dengan nama FORMI (Federasai Olahraga rekreasi Masyarakat Indonesia. salah satu bagian yang di urus adalah olahraga tradisional. Dan Kabupaten Barru belum berdiri di karena kan perhatian terhadap olahraga tradisional masih sangat kurang.
Dari kenyataan tersebut tidak menutup kemungkinan generasi sekarang dan yang akan datang tidak akan melihat lagi permainan ini. Boleh jadi hanya menjadi sisa kenangan berupa foto-foto, selebihnya tidak ada lagi untuk dimainkan oleh generasi berikutnya.
Menjadi persoalan sekarang
akankah permainan akan punah? Ataukah kita mampu kembalikan permainan ini
menjadi permainan yang menarik untuk dimainkan. Keprihatinan ini harus
diwujudkan menjadi program pemerintah dalam dinas yang terkait, seperti Dinas
pendidikan Kab. Barru dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kab. Barru.
Hemat saya permainan harus
dtumbuhkan kembali dan dikembangkan menjadi olahraga yang lebih menarik,
atraktif dalam rangka menarik minat anak-anak untuk melakukannya. Permaina
n
Jeka dan permainan rakyat dan olahraga tradisional haruslah menjadi kepedulian
kita bersama. Jangan sampai nanti menjadi milik bangsa lain, yang lebih
mengembangkannya.
Hendaknya Pemerintah Daerah
dalam hal Dinas Pendidikan mengajak atau
menggalakkan permainan rakyat dan tradisioanl di galakkan di sekolah-sekolah,
menjadi mata pelajaran Muatan Lokal. Selanjutnya Dinas Kebudayaan Pariwisata
dan Pemuda Olahraga mengembangkan
pembinaan dengan mengadakan pembinaan di sekolah-sekolah, di kampung-kampung
selanjutnya mengadakan event-event permainan rakyat atau olahraga tradisonal
secara terus menerus.
Sehingga dengan pemassalan
ini diharapkan permainan rakyat atau olahraga tradisional kembali tumbuh dan
berkembang sebagai permainan dan olahraga yang menarik dilakukan, menarik untuk
ditonton oleh semua orang. Yang pada akhirnya menjadi ikon daerah, menjadi factor
utama untuk berkunjung di Kabupaten Barru. Maka pada ujung tulisan ini, di
harapkan lahir generasi yang sehat jasmani dan rohani yang kuat, lincah, terampil,
menghargai hasil karya bangsanya, dan derajat ekonomi bisa bertambah dengan
kedatangan penonton, pengunjung, wisatawan local dan manca Negara

Posting Komentar
isi disini