Bagian : 2
Dunia Pendidikan dan
tes, pengukuran dan evaluasi suatu
kesatuan yang tak terpisahkan. Satu jalan yang lain juga jalan. Seiring sejalan.
Sebagai kelanjutan materi lalu #Sejarah, Fungsi dan Manfaat Evaluasi Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan sejarah-fungsi-dan-manfaat-evaluasi
![]() |
| Bersama sama letting FPOK IKIP Ujung Pandang |
Evaluasi dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga pada dasarnya memfokuskan
bagaimana guru dapat mengetahui efektivitas hasil pembelajaran yang telah ia
lakukan. Guru harus mengetahui sejauh mana siswa telah memiliki penguasaan
keterampilan gerak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tingkat
pencapaian suatu tujuan pembelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai. Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah nilai tersebut dapat diperoleh? Dalam
hal ini, pertanyaan yang lebih spesifik adalah menyangkut alat ukur apa yang
digunakan dan bagaimana cara menggunakan atau proses pengumpulannya?. Atas
dasar pertanyaan pokok tersebut, maka berikut ini akan diuraikan secara singkat
tentang pengertian tes, pengukuran dan evaluasi dalam pendidikan jasmani dan
olahraga.
1.
Tes
Cronbach (1970)
mengartikan testing sebagai prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku
seseorang dan mendeskripsikannya dengan bantuan sistem numerik atau sistem
kategori. Fernandes (1984) mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang
sistematis untuk mengobservasi perilaku seseorang dan menggambarkannya dalam
bentuk skala numerik atau sistem kategori.
Kirkendall, dkk (1980)
mengartikan tes sebagai sebuah instrumen untuk memperoleh informasi tentang
individu atau subyek-subyek tertentu. Menurut Scriven (1981) tes adalah apapun
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Gronlund & Linn (1990)
mengartikan tes sebagai sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk
melakukan pengukuran terhadap perilaku seseorang. Senada dengan itu, Kerlinger
(1995) mengartian tes sebagai prosedur yang sistematis ketika individu yang
diuji dihadapkan pada sehimpunan rangsang atau stimuli untuk ditanggapinya;
dari tanggapan-tanggapan itu akan memungkinkan penguji memberikan angka atau
sehimpunan angka bagi pihak yang diuji dan angka-angka tersebut dapat menjadi
sumber inferensi tentang pemilikan pihak yang diuji terhadap sifat apa pun yang
diukur melalui tes tersebut. Definisi ini pada intinya menyatakan bahwa- suatu
tes adalah Instrumen pengukur.
baca juga:
penilaian-pembelajaran-pendidikan_95.html
tes-dan-pengukuran-kebugaran-jasmani.html
Atas dasar beberapa
definisi tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan tes adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang seseorang atau suatu
obyek tertentu. Terkait dengan pengertian ini, maka alat apa pun yang digunakan
dapat disebut juga dengan instrumen, dan sebelum dipergunakan maka instrumen
tersebut harus divalidasi terlebih dahulu.
2.
Pengukuran (measurement)
Seriven (1981)
mengartikan pengukuran sebagai determinan atau perbedaan dari besaran atau
pentingnya sebuah kuantitas. Menurut Gronlund (1985), pengukuran adalah suatu
kegiatan atau proses untuk memperoleh deskripsi numerik dari tingkatan atau
derajat karakteristik khusus yang diiliki oleh individu.
Menurut
Hopkins& Stanley (1981), pengukuran adalah Suatu proses yang menggunakan
peralatan yang berbeda-beda. Sedangkan Moh. Nazir (1988) mengartikan pengukuran
sebagai prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan. Sutrisno Hadi (1987) mengartikan pengukuran sebagai suatu kegiatan.
Yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar-kecilnya obyek atau gejala.
Dikatakan pula, bahwa untuk mengidentifikasikan besar-kecilnya obyek atas atau
gejala dapat dilakukan melalui alat-alat yang telah ditera atau tanpa
menggunakan alat yang ditera.
MenurutSafrit
& Wood (1989), pengukuran adalah proses pemberian angka-angka dari suatu
obyek, seseorang atau lainnya dengan mengikuti berbagai aturan. Senada dengan
itu, Singarimbun & Effendi (1995) mengartikan bahwa pengukuran menunjukkan
angka-angka pada variabel menurut aturan yang telah ditentukan. Kerlinger
(1995) mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka pada obyek-obyek atau
kejadian-kejadian menurut suatu aturan tertentu. Daryanto (1999) mengartikan
pengukuran sebagai suatu proses untuk memberikan angka (biasanya disebut skor)
kepada suatu sifat atau karakteristik seseorang sedemikian rupa sehingga mempertahankan
hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sesuai dengan sifat yang
diukur tersebut. Arti ini menyiratkan makna bahwa aspek terpenting dari
pengukuran adalah angka-angka (skor) yang diberikan tersebut tetap
mempertahankan hubungan antar variabel yang diukur. Misalnya, Agung lebih
cekatan dari Firsta dalam berlari, maka skor lari cepat yang dicapai Agung
lebih cepat dari pada skor lari cepat yang dicapai Firsta.
Dengan
demikian, yang dimaksud dengan pengukuran (measurement)
adalah suatu proses untuk memper oleh besaran kuantitatif dari suatu objek
tertentu dengan menggunakan alat ukur (test) yang baku.
Setelah
tes dan pengukuran telah kita pahami dan dilakukan, maka dari keduanya kita
belum dapat memperoleh makna tertentu dari besaran kuantitatif (skor) tersebut.
Oleh karena itu, maka evaluasi merupakan akumulasi dari kedua langkah tersebut
dan ketiganya merupakan satu bangun yang saling
melengkapi.
Bahkan, tidak jarang seseorang menjadi bingung terhadap masing-masing dimensi
dari ketiga istilah tersebut di atas, yaitu mana yang disebut tes, pengukuran
dan mana pula
yang disebut evaluasi.
Contoh:
Sukma telah mengikuti tes kebugaran jasmani berupa lari menempuh jarak 2,4 km,
dengan catatan waktu 12 menit dinyatakan bahwa ia memiliki kategori kebugaran
jasmani yang baik.
Dari
contoh tersebut, jelaslah kiranya bahwa ketiga dimensi yaitu tes, pengukuran
dan evaluasi telah membentuk satu kesatuan yang saling mengisi. Di mana lari
2,4 km merupakan "tes" untuk mengukur kebugaran jasmani, dan besaran
kuantitatif (skor 12 menit) yang diperoleh dengan menggunakan tes yang baku
disebut "pengukuran", sedangkan"evaluasi" merupakan
pemaknaan terhadap skor dibandingkan dengan kriteria tertentu, dalam hal ini
adalahTabel Kebugaran Jasmani.
Dari contoh sederhana ini jelaslah kiranya bahwa tes, pengukuran dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Pada akhirnya berikut ini akan diuraikan secara singkat tentang pengertian evaluasi.
Menurut
Safrit & Wood (1989) evaluasi adalah proses membuat keputusan tentang hasil
dari pengukuran dalam suatu tujuan yang hendak diukur. Gronlund & Linn
(1990) mengartikan evaluasi secara lebih komprehensif yaitu sebagai suatu
proses yang sistematis dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan
informasi untuk menentukan tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan
pembelajaran. Sedangkan Nana Sudjana (1999) mengartikan evaluasi sebagai suatu
proses untuk memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan
suatu kriteria terterntu. Senada dengan itu, menurut Daryanto (1999) evaluasi
adalah mengambil suatu keputusan dengan ukuran baik-buruk atau bersifat
kualitatif.
Dengan
demikian, yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu proses pengambilan
keputusan atau memberikan nilai terhadap suatu hasil berupa besaran kuantitatif
(skor) yang dicapai oleh seseorang atau suatu obyek tertentu.


Posting Komentar
isi disini